CilacapCyber - Berbagai kelompok peretas melancarkan berbagai aktivitas berbahaya yang menargetkan situs web Israel menyusul serangan mendadak darat, laut, dan udara yang dilakukan kelompok militan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023.
Serangan tersebut mendorong Israel menyatakan perang dan membalas tindakan kelompok bersenjata tersebut. Faktanya, Di Media Israel The Jerusalem Post melaporkan bahwa situs webnya ditutup pada Sabtu pagi karena serangkaian serangan siber.Rob Joyce, direktur keamanan siber di Badan Keamanan Nasional, mengatakan serangan penolakan layanan (DDoS) dan perusakan situs web terjadi, Tech Crunch melaporkan pada Selasa (10 Oktober 2023). Namun, dia tidak mengaitkan serangan siber tersebut dengan organisasi tertentu.
Pernyataan Joyce membenarkan temuan peneliti keamanan Will Thomas yang pada Senin, 9 Oktober 2023 menemukan lebih dari 60 situs web dihapus dan lebih dari lima situs web disusupi akibat serangan DDoS.
“Yang mengejutkan saya tentang aktivitas peretasan seputar konflik ini adalah banyaknya kelompok internasional yang terlibat, seperti yang diperkirakan berasal dari Bangladesh, Pakistan, dan Maroko,” kata Thomas.
Kelompok peretas sering melancarkan serangan siber selama konflik bersenjata, seperti yang terjadi di Ukraina.
Peretas ini biasanya tidak berafiliasi dengan pemerintah mana pun, namun merupakan kelompok peretas yang bermotivasi politik dan terdesentralisasi.
Aktivitas mereka dapat mengganggu Situs dan Layanan. Namun, cakupannya jauh lebih terbatas dibandingkan aktivitas kelompok peretas negara-bangsa.
Para peneliti dan lembaga pemerintah seperti Badan Keamanan Nasional mengatakan sejauh ini mereka hanya mendeteksi aktivitas peretasan dalam konflik Hamas dengan Israel.
Namun Badan Keamanan Nasional dan Konsulat Jenderal Israel di New York belum mengomentari masalah tersebut. Peretas ini biasanya tidak berafiliasi dengan pemerintah mana pun, namun merupakan kelompok peretas yang bermotivasi politik dan terdesentralisasi.
Aktivitas mereka dapat mengganggu Situs dan Layanan. Namun, cakupannya jauh lebih terbatas dibandingkan aktivitas kelompok peretas negara-bangsa. Para peneliti dan lembaga pemerintah seperti Badan Keamanan Nasional mengatakan sejauh ini mereka hanya mendeteksi aktivitas peretasan dalam konflik Hamas dengan Israel.